Pendahuluan,
Peran dari sektor pertanian amat besar bagi pertumbuhan ekonomi setiap negara, terutama negara yang sumber daya alam yang kaya akan tumbuh-tumbuhan, tanah yang subur, air, dan lain-lain. Negara yang perekonomiannya bergerak dibidang pertanian contohnya, Indonesia, Thailan, Vietnam, Philipina, dll. Walaupun sekarang Indonesia masih saja mengimpor dari negara lain bahan pangan dari hasil pertanian, tetapi Indonesia juga bisa dibilang pertumbuhan ekonomiannya mayoritas dari hasil pertanian.
1. Peranan Sektor Pertanian
Sektor pertanian mengkontribusikan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk yaitu:
a. Kontribusi Produk, Penyediaan makanan untuk penduduk, penyediaan bahan baku untuk industri manufaktur seperti industri: tekstil, barang dari kulit, makanan dan minuman.
b. Kontribusi Pasar, Pembentukan pasar domestik untuk barang industri dan konsumsi.
c. Kontribusi Faktor Produksi, Penurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka terjadi transfer surplus modal dan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor lain.
d. Kontribusi Devisa, Pertanian sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui ekspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor.
Kontribusi Produk.
Dalam sistem ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sektor pertanian bisa lewat pasar dan lewat produksi dengan sektor non pertanian.
- Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari luar negeri seperti buah, beras & sayuran hingga daging.
- Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena bahan baku dijual ke luar negeri dengan harga yg lebih mahal.
Kontribusi Pasar.
Negara agraris merupakan sumber bagi pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian seperti pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) dan produk konsumsi (pakaian, mebel, dll).
Keberhasilan kontribusi pasar dari sektor pertanian ke sektor non pertanian tergantung:
- Pengaruh keterbukaan ekonomi, Membuat pasar sektor non pertanian tidak hanya disi dengan produk domestic, tapi juga impor sebagai pesaing, sehingga konsumsi yang tinggi dari petani tidak menjamin pertumbuhan yang tinggi sektor non pertanian.
- Jenis teknologi sector pertanian, Semakin modern, maka semakin tinggi demand produk industri non pertanian.
Kontribusi Faktor Produksi.
Faktor produksi yang dapat dialihkan dari sektor pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi pertanian tenaga kerja dan modal.
Di Indonesia hubungan investasi pertanian dan non pertanian harus ditingkatkan agar ketergantungan Indonesia pada pinjaman luar negeri menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untuk merealisasi hal tersebut:
- Harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke luar sektornya. Market surplus ini harus tetap dijaga dan hal ini juga tergantung kepada faktor penawaran è Teknologi, infrastruktur dan SDM dan faktor permintaan è nilai tukar produk pertanian dan non pertanian baik di pasar domestic dan luar negeri.
- Petani harus net savers è Pengeluaran konsumsi oleh petani < produksi.
- Tabungan petani > investasi sektor pertanian.
Kontribusi Devisa.
Kontribusinya melalui :
- Secara langsung è ekspor produk pertanian dan mengurangi impor.
- Secara tidak langsung è peningkatan ekspor & pengurangan impor produk berbasis pertanian seperti tekstil, makanan dan minuman, dll.
Kontradiksi kontribusi produk dan kontribusi devias è peningkatan ekspor produk pertanian
menyebabkan suplai dalam negari kurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan ekspor produk pertanian berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri. Untuk menghindari trade off ini dua hal yg harus dilakukan:
- Peningkatan kapasitas produksi.
- Peningkatan daya saing produk produk pertanian.
2. Sektor Pertanian di Indonesia
Selama periode 1995-1997, PDB sektor pertanian (peternakan, kehutanan & perikanan) menurun dan sektor lain seperti menufaktur meningkat.
Sebelum krisis moneter, laju pertumbuhan output sektor pertanian < ouput sektor non pertanian.
Tahun 1999 semua sektor turun kecuali listrik, air dan gas.
Rendahnya pertumbuhan output pertanian disebabkan:
- Iklim kemarau jangka panjang berakibat volume dan daya saing turun.
- Lahan garapan petani semakin kecil.
- Kualitas SDM rendah.
- Penggunaan Teknologi rendah.
Sistem perdagangan dunia pasca putaran Uruguay (WTO/GATT) ditandatangani oleh 125 negara anggota GATT telah menimbulkan sikap optimisme dan pesimisme Negara LDC’s:
- Optimisè Persetujuan perdagangan multilateral WTO menjanjikan berlangsungnya perdagangan bebas didunia terbebas dari hambatan tarif dannon tariff.
- Pesimisè Semua negara mempunyai kekuatan ekonomi yang berbeda. DC’s mempunyai kekuatan > LDC’s.
Perjanjain tersebut merugikan bagi LDC’s, karena produksi dan perdagangan komoditi pertanian, industri dan jasa di LDC’s masih menjadi masalah besar dan belum efisien sebagi akibat dari rendahnya teknologi dan SDM, sehingga produk dari DC’s akan membanjiri LDC’s.
Butir penting dalam perjanjian untuk pertanian:
- Negara dagang pasar pertanian tertutup harus mengimpor minimal 3 % dari kebutuhan konsumsi domestik dan naik secara bertahap menjadi 5% dalam jangka waktu 6 tahun berikutnya.
- Trade Distorting Support untuk petani harus dikurangi sebanyak 20% untuk DC’s dan 13,3 % untuk LDC’s selama 6 tahun.
- Nilai subsidi ekspor langsung produk pertanian harus diturunkan sebesar 36% selama 6 tahun dan volumenya dikurangi 12%.
- Reformasi bidang pertanian dalam perjanjian ini tidak berlaku untuk negara miskin.
Temuan hasil studi dampak perjanjian GATT:
- Skertariat GATT (Sazanami, 1995), Perjanjian tersebut berdampak positive yakni peningkatan pendapatan per tahun Eropa Barat US $ 164 Milyar, USA US$ 122 Milyar, LDC’s dan Eropa Timur US $ 116 Milyar. Pengurangan subsidi ekspor sebesar 36 % dan penurunan subsidi sector pertanian akan meningkatkan pendapatan sektor pertanian Negara Eropa US $ 15 milyar & LDC’s US $ 14 Milyar.
- Goldin, dkk (1993), Sampai tahun 2002, sesudah terjadi penurunan tarif dan subsidi 30% manfaat ekonomi rata-rata pertahun oleh anggota GATT sebesar US $ 230 Milyar (US $ 141,8 Milyar / 67%0 dinikmati oleh DC’s dan Indonesia rugi US $ 1,9 Milyar pertahaun.
- Satriawan (1997), Sektor pertanian Indonesia rugi besar dalam bentuk penurunan produksi komoditi pertanian sebesar 332,83% dengan penurunan beras sebesar 29,70% dibandingkan dg Negara ASIAN.
- Feri Dhanu Setyawan, dkk (2000), Global Trade Analysis Project mengenai tiga skenario perdagangan bebas yakni Putaran Uruguay, AFTA & APEC. Ide dasarnya: apa yang terjadi jika tiga sekenario dipenuhi (kesepakatan ditaati) dan apa yang terjadi jika produk pertanian diikutsertakan? Perubahan yang diterapkan dalam model sesuai kesepakatan putaran Uruguay adalah:
a. Pengurangan pajak domestic dan subsidi sektor pertanian sebesar 20% di DC’s dan 13 % di LDC’s.
b. Penurunan pajak/subsidi ekspor sektor pertanian 36% di DC’s dan 24% di LDC’s.
c. Pengurangan border tarif untuk komoditi pertanian dan non pertanian.
Liberalisasi perdagangan berdampak negative bagi Indonesia terhadap produksi padi dan non gandum. Untuk AFTA dan APEC, liberalisasi perdagangan pertanian menguntungkan Indonesia dengan meningkatnya produksi jenis gandum lainnya (terigu, jagung dan kedelai). AFTA Indonesia menjadi produsen utama pertanian di ASEAN dan output pertanian naik lebih dari 31%. Ekspor pertanian naik 40%.
3. Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai tukar adalah nilai tukar suatu barang dengan barang lainnya. Jika harga produk A Rp 10 dan produk B Rp 20, maka nilai tukar produk A thd B=(PA/PB)x100% =1/2. Hal ini berarti 1 produk A ditukar dengan ½ produk B. Dengan menukar ½ unit B dapat 1 unit A. Biaya opportunitasnya adalah mengrobankan 1 unit A utk membuat ½ unit B.
Dasar Tukar (DT):
- DT dalam negeriè pertukaran dua barang yang berbeda di dalam negeri dg mata uang nasional.
- DT internasional / Terms Of Tradeè pertukaran dua barang yang berbeda di dalam negeri dengan mata uang internasional.
Nilai Tukar Petaniè Selisih harga output pertanian dengan harga inputnya (rasio indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar). Semakin tinggi NTP semakin baik.
NTP setiap wilayah berbeda dan ini tergantung:
- Inflasi setiap wilayah
- Sistem distribusi input pertanian
- Perbedaan ekuilibrium pasar komoditi pertanian setiap wilayah (D=S)
D>Sè harga naik & D<Sè harga turun.
Pekembangan NTP tersebut menunjukkan pertani di JABAR dan JATENG rugi dan di Yogja dan JATIM untung. Hal ini dsebabkan oleh banyak faktor termasuk sistem distribusi pupuk di Yogya dan JATIM lebih baik dari JABAR dan JATENG.
NTP provinsi luar jawa sbb:
Investasi di sektor pertanian tergantung :
- Laju pertumbuhan output
- Tingkat daya saing global komoditi pertanian
Investasi:
- Langsung è Membeli mesin
- Tdk Langsung è Penelitian & Pengembangan
Hasil penelitian:
Supranto (1998) è laju pertumbuhan sektor ini rendah, karena PMDN & PMA serta kerdit yg mengalir kecil. Hal ini karena resiko lebih tinggi (gagal panen) dan nilai tambah lebih kecil di sektor pertanian.
Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
Salah satu penyebab krisis ekonomi adalah kesalahan industrialisasi yang tidak berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa laju pertumbuhan sektor pertanian positive walaupu kecil, sedangkan industri manufaktur negative. Jepang, Taiwan dan Eropa dalam memajukan industri manufaktur diawali dengan revolusi sektor pertanian.
Alasan sektor pertanian harus kuat dalam proses industrialisasi:
- Sektor pertanian kuatè pangan terjaminè tdk ada laparèkondisi sospol stabil.
- Sudut Permintaanè Sektor pertanian kuatè pendapatan riil perkapita naikè permintaan oleh petani terhadap produk industri manufaktur naik berarti industri manufaktur berkembang dan output industri menjadi input sektor pertanian.
- Sudut Penawaranè permintaan produk pertanian sebagi bahan baku oleh industri manufaktur.
- Kelebihan output sektor pertanian digunakan sebagi sebuah investasi sektor industri manufaktur seperti industri kecil dipedesaan.
Kenyataan di Indonesia keterkaitan produksi sektor pertanian dam industri manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut sangat bergantung kepada barang impor.
Sumber referensi:
retno.staff.gunadarma.ac.id/…/SEKTOR+PERTANIAN+DAN+INDUSTRI.ppt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar