Kamis, 14 Februari 2013

Dampak banjir di Jakarta dari sisi ekonomi. BI-01-SS-12






     Baru-baru ini ibukota Jakarta mengalami banjir yang cukup besar hampir semua titik di wilayah Jakarta terendam banjir. Awal banjir di tahun 2013 terjadi pada tanggal 15 Januari 2013 dan mencapai puncaknya pada tanggal 17 Januari 2013. Penyebabnya adalah karena faktor cuaca yang belakngan ini sedang mengalami musim hujan dan banjir kiriman dari wilayah kota Bogor dan Depok.

          Ternyata dibalik banyaknya penderitaan saat musibah banjir Jakarta di awal tahun 2013 ini, ada juga pihak pihak yang mendapatkan berkah saat musibah banjir melanda. Beberapa yang mereguk keuntungan dalam situasi banjir seperti sekarang ialah seperti hotel, penginapan, jasa ojek motor, hingga perahu karet.
Ketika motor  terjebak di antara genangan air dan anda tak ingin motor kita mogok karena terendam banjir, maka gerobak motor ini solusinya. Pihak penjaga gerobak motor ini akan dengan senang hati menaikkan motor ke atas gerobak, bahkan kita pun bisa ikut naik di atasnya. Untuk membayar jasa tersebut dikenakan biaya sebesar Rp 25.000 – Rp 50.000 tergantung jarak. Selain jasa ojek motor  ada juga jasa perahu karet biaya yang dikenakan mulai dari Rp 10.000 – Rp 30.000. Dengan jasa-jasa tersebut bagi sebagian warga sangat menguntungkan dan menambah pendapatan mereka.
Sebenarnya Jakarta mengalami kerugian, seperti yang diucapkan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di Balaikota, banjir yang terjadi selama sepekan di Ibu Kota telah menimbulkan kerugian sekitar Rp 20 triliun. Apabila kondisi seperti ini terus dibiarkan, kerugian yang dialami kota ini akan semakin besar. Lebih baik anggaran yang ada dimanfaatkan untuk mengatasi banjir dengan mengalokasikan membuat terowongan. ”Kota seperti Jakarta ini harus punya skenario untuk mengeluarkan air. Terowongan ini sangat diperlukan,” kata Jokowi.

Beberapa kerugian saat Jakarta dilanda banjir yaitu sebgai berikut :

Mesin uang berhenti
Pantauan lapangan di sentra perdagangan Harco Glodok, Lindeteves, Pasar Pagi, Pancoran, Perniagaan, hingga sentra garmen Tambora di Jakarta Barat, yang selama ini dikenal sebagai mesin uang Jakarta, menimbulkan kerugian yang tidak kecil. Total omzet bisnis di kawasan ini bisa mencapai triliunan rupiah, sedangkan potensi kehilangan keuntungan yang bisa diraup para pedagang dalam empat hari tidak sedikit.
”Di Harco Glodok saja ada sekitar 100 pedagang dengan perputaran uang setiap hari rata-rata mencapai Rp 400 juta per orang. Jadi bisa dihitung berapa kehilangan omzet para pedagang di sini,” kata grosir besar Afand, Selasa (22/1/2013). Afand sendiri sehari-hari menjual komputer, notebook, printer, Galaxy Tab, iPad, dan aksesori komputer.
Tutum Rahanta, Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, mengatakan, tutupnya kawasan grosir di Glodok, Mangga Dua, dan sekitarnya memang menyebabkan mandeknya aktivitas ekonomi di kawasan tersebut. Namun, Tutum tak menutup kemungkinan ada sebagian masyarakat yang sehari-harinya menggantungkan hidupnya di kawasan itu dan langsung merasakan negatif dampak banjir. ”Dari keseluruhan aktivitas perekonomian di kawasan Glodok, Mangga Dua, dan sekitarnya, mungkin sekitar 20 persennya yang terdampak langsung. Mereka yang terkena dampak langsung itu antara lain penjual nasi dan makanan, tukang parkir, dan kuli angkut. Mereka langsung tidak dapat penghasilan untuk kehidupan sehari-hari,” katanya.
Bencana banjir telah berdampak terhadap perekonomian warga. Itu terpantau pada transaksi gadai di kantor pegadaian yang melonjak hampir dua kali lipat. Kondisi itu diperberat lagi dengan kenaikan harga sejumlah bahan makanan yang cukup tinggi. Pegadaian Cabang Jatinegara, contohnya, setelah banjir surut, transaksi gadai di kantor itu langsung melonjak jadi Rp 500 juta hari Senin. Padahal selama banjir, transaksi gadai sempat anjlok menjadi Rp 50 juta per hari dari rata-rata Rp 300 juta per hari.
Pemimpin Pegadaian Cabang Jatinegara, Henrianto, Selasa (22/1/2013), mengatakan, selama banjir mengepung sejumlah kawasan Jakarta Timur, transaksi gadai di Pegadaian Cabang Jatinegara dan 9 kantor unit yang ada di bawahnya anjlok semua. ”Baru pada Senin, setelah banjir surut, transaksi gadai langsung jadi Rp 500 juta,” katanya.

Distribusi terhambat
Sepekan setelah banjir melanda Jakarta, kondisi perdagangan belum pulih. Meskipun ekspedisi barang antarkota dan antarpulau sudah normal, pendistribusian barang sampai saat ini masih terhambat. Direktur Utama CV Surya Mas Express Hasan di Jakarta mengatakan, ekspedisi barang dari Jakarta ke Surabaya mulai normal pada Senin (21/1).
”Kemarin ada lima truk dengan daya angkut masing-masing enam ton diberangkatkan dari Jakarta ke Surabaya,” katanya. Menurut Hasan, saat ini tidak ada masalah pengiriman barang dari Jakarta ke Surabaya. Dua hari pascabanjir besar melanda Jakarta, perusahaan ekspedisi mulai beroperasi kembali dan melayani pengiriman barang walaupun kondisi pengiriman belum normal. Perusahaan ekspedisi barang dari Jakarta ke Surabaya itu sempat tidak beroperasi selama dua hari.
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia DKI Jakarta Suprayitno, laporan dari para pengusaha, mereka kini tidak lagi menggunakan pasokan stok dari barang di lokasi banjir. Semua stok itu dalam pemeriksaan apakah bisa dipakai atau tidak


Sumber :
http://banjarmasin.tribunnews.com/2013/01/23/kerugian-rp-20-triliun-lebih-akibat-banjir-di-jakarta
http://uniqpost.com/61668/mereka-yang-mendapat-keuntungan-dari-banjir-jakarta/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar